Menentukan Strategi Bisnis yang Berkelanjutan di Masa Depan Dengan Mengaplikasikan Nilai-Nilai Manajemen Risiko

Pada tanggal 2 dan 3 Mei 2024, PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) menjadi tuan rumah dalam acara Risk Conference Sub Klaster Kawasan Industri Holding Danareksa.

Acara ini dihadiri oleh beberapa tamu undangan, antara lain RM Wiratmoko Prasidhanto selaku Penata Muda Kelola Perusahaan Negara Ahli Muda Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jhon Lamhot Napitupulu selaku VP Enterprise Risk Management & ESG PT Danareksa (Persero), Didik Prasetiyono selaku Direktur Utama PT SIER, Rizka Syafittri Siregar selaku Direktur Keuangan, Administrasi, dan MR PT SIER, M Fakrur Rozi selaku Direktur Kelembagaan dan Humas PT KITB, Agys Hendardi selaku Plt Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT KBN, Sigit Winarto selaku Direktur Operasional & Pengembangan PT JIEP, Arista Febri Iriyawan selaku Direktur Keuangan SDM dan Manajemen risiko PT Kawasan Industri Medan, Riki Indarto selaku Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT KIW, RB Alexander Chandra Irawan selaku Direktur Keuangan dan Pengembangan Bisnis PT KIMA, Arief Rahmanto selaku Kepala Divisi Manajemen Risiko dan ESG PT Danareksa (Persero) serta seluruh Kepala Divisi Manajemen Risiko Sub Klaster Kawasan Industri Holding Danareksa.

Hari pertama kegiatan dilaksanakan di Ruang Bekisaar Gedung Wisma SIER. Kegiatan dihadiri oleh seluruh kepala divisi dan Direksi dari perusahaan yang tergabung dalam Holding Danareksa. Agenda utama dari kegiatan focussed group discussion ini adalah pemaparan profil risiko triwulan satu, beserta status pemenuhan APS aspirasi pemegang saham, strategi risiko dan hasil self asssesment maturitas ESG oleh masing-masing kepala divisi untuk setiap perusahaan yang mewakili Holding Danareksa.

Hari kedua kegiatan dilaksanakan di Hall Basroni Rizal Gedung Wisma SIER. Kegiatan diawali dengan sambutan dari Direktur Utama PT SIER, Didik Prasetiyono. “Manajemen risiko di era ESG menjadi semakin penting. Dengan perhatian dunia yang semakin terfokus pada isu-isu sustainability, terdapat kesadaran bersama bahwa risiko usaha atau bisnis yang dijalankan harus tetap bisa memberi dampak baik dan bekelanjutan tak hanya bangi lingkungan dan sosial, tetapi juga berpengaruh pada tata kelola perusahaan yang baik di masa depan.” ujar Didik.

Environmental, social, and governance (ESG) atau Lingkungan, Sosial, Tata Kelola telah berkembang dari konsep tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan gerakan lingkungan menjadi suatu usaha yang kompleks. Dalam perkembangannya, ESG tidak hanya memperhitungkan dampak organisasi pada masyarakat dan lingkungan, tetapi juga mengidentifikasi risiko yang muncul dari perubahan sikap terhadap isu-isu ESG.

Hal ini senada dengan sambutan dari RM Wiratmoko Prasidhanto, JF Penata Kelola Perusahaan Negara Ahli Muda Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Wiratmoko menurutkan bahwa perusahaan negara bisa menerapkan nilai-nilai manajemen risiko untuk menentukan strategi bisnis yang berkelanjutan di masa depan. “ESG telah menjadi keharusan di dunia bisnis. Pemangku kepentingan dan investor kini menuntut tingkat transparansi yang lebih besar dalam operasi bisnis global, dan badan regulasi mulai memperkenalkan kerangka kerja dan standar untuk pengungkapan ESG. Di era ESG, tidak hanya dampak lingkungan dan sosial perusahaan yang diukur, tetapi juga identifikasi dan pengelolaan risiko terkait iklim, sosial, dan tata kelola perusahaan.”

Acara dilanjutkan dengan pemaparan hasil FGD dan arahan oleh Bapak Arief Rahmanto selaku Kepala Divisi Manajemen Risiko dan ESG PT Danareksa (Persero). Konsep SDGs telah menjadi panduan universal dalam mengukur dampak strategi investasi ESG. Kesimpulan dari hasil FGD ini para Kawasan Industri yang tergabung dalam Holding Danareksa masih perlu meningatkan kualifikasi organ pengelola risiko baik dari segi sertifikasi maupun jam pelatihan.